Sebuah studi baru telah menunjukkan adanya kaitan antara masalah tidur dan risiko demensia. Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di University of California, Berkeley, menemukan bahwa gangguan tidur seperti insomnia dan sleep apnea dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit demensia.
Demensia merupakan kondisi neurologis yang menyebabkan penurunan kemampuan kognitif, seperti ingatan, pemikiran, dan kemampuan berbicara. Penyakit ini umumnya dialami oleh orang tua, namun studi ini menunjukkan bahwa masalah tidur juga dapat menjadi faktor risiko yang signifikan.
Para peneliti menemukan bahwa gangguan tidur dapat memengaruhi proses detoksifikasi otak yang penting untuk menjaga kesehatan otak. Ketika seseorang tidur, otak membersihkan racun-racun yang terakumulasi selama aktivitas sehari-hari. Namun, jika seseorang mengalami gangguan tidur, proses ini dapat terganggu dan meningkatkan risiko terkena demensia.
Studi ini menekankan pentingnya tidur yang berkualitas untuk menjaga kesehatan otak dan mencegah risiko demensia. Para peneliti juga menyarankan agar orang-orang yang mengalami masalah tidur segera mencari bantuan medis untuk mengatasi gangguan tidur mereka.
Sebagai negara dengan tingkat penyakit demensia yang semakin meningkat, Indonesia perlu memperhatikan pentingnya kesehatan tidur dalam upaya pencegahan penyakit ini. Dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya tidur yang berkualitas dan mengatasi masalah tidur secara dini, diharapkan dapat mengurangi risiko terkena demensia di masa depan.